Rabu, 18 Februari 2009

FREDY: Si “KERAS HATI” dengan EXCELLENT SERVICE”…

Awal saya mengenal si bapak yang satu ini: sombong. Belagu. And thanks God, bukan hanya saya juga yang berkomentar demikian. Salah seorang top level management yang baru bergabung memiliki kesan yang sama. “Siapa sih tuh orang, disenyumin diem aja…,” mungkin lebih kurang demikian umpatnya.


But, don’t judge book by the cover. Setelah cukup lama berkenalan dengan ‘Papanya Tian’ ini, harus saya akui ada banyak hal yang saya masih perlu belajar padanya. Pertama, struggle of life-nya yang tinggi. Ibarat kata, ‘jiwa dagang’ sudah melekat, kat, kat, padanya [hape berapa koh…:-) ]. Spirit yang jarang dimiliki oleh ‘wong jowo’ macam saya yang lebih senang ‘nrimo kulino’. Jadi, kalau urusan ‘lapangan’ mau-tidak mau tim kami menyerahkan sepenuhnya kepadanya. Mo cari koneksi atau ‘lobang’ apapun sanggup dicari olehnya. “Cuma ‘lobang’ biji plastic aja yang gw lom nemu,” katanya…


Yang lain, sifat keras hati [dan mungkin juga keras kepalanya]. Bapak yang satu ini, kalo sudah punya niat, jalannya lempeng bukan main. Bukan satu kali dia berani konflik dengan pimpinan di tempat lamanya lantaran prinsip yang sudah diyakininya. Kalau sudah niat, biar hujan badai, bolak-balik, ayuh…Bandingkan dengan saya, yang lebih memilih cincai ketimbang harus stress. Namun, dibalik keras hatinya, bapak yang satu ini betul-betul ‘family man’ yang nomero uno. Mau bukti? Silahkan tanya berapa absen atau keterlambatannya gara-gara mengantar anak imunisasi ke dokter….:-)


At least, sebagai orang baru di dunia sales, urusan service saya juga masih harus belajar darinya. Service bagi saya masih ada di kepala dan hati. Tapi buat bapak yang hobi bawain kami gemblong ini sudah seperti refleks. Set..set..set… OTM ngobrol bentar kasih minum, butuh fotocopy di fotocopi’in, malah kalo calon OTM cari atm untuk bayar DP USG, dengan senang hati dia antar. Reflek ‘service excellent’ ini terbawa juga dalam tim. Dia tidak perlu berpikir dua kali untuk membantu rekan setimnya. Bahkan, seringkali sebelum diminta pun seringkali sudah menawarkan bantuan. Bagi yang tidak tau, mungkin akan berpikir ada ‘cuan’ di balik batu…Padahal ‘sabetan’nya memang betul-betul disabet alias cape babak belur…


Bisa jadi tim kami tetap berjalan tanpa seorang Fredy. Namun pasti tetap akan terasa berbeda. Tetap terasa ada yang kurang tanpa keras kepalanya, tanpa ringan tangannya, dan tanpa gemblongnya. Dan yang pasti ‘saat teduh’ kami terasa kurang tanpa iringan gitarnya yang mampu meruntuhkan ‘tembok Yerikho”…Selamat Ulang Tahun Pa Fredy (19/2/09), Tuhan Memberkati…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar