Kamis, 26 Februari 2009

Stema Support Narsis Mom...

Stella Maris ga hanya care masalah pendidikan siswa ternyata. Juga untuk mama-mama-nya, Stema memberikan 'bonus' beauty class agar mereka bisa tampil narsis dan cantik...

Padahal, ketika saya membantu Bu Jenny, PR kami yang menjadi PIC acara ini, banyak orang tua yang menolak. “Ga ada waktu Pa,” , “Ngurus anak-anak, Pa,” biasa lah, ibu-ibu, jual mahal...Toh akhirnya ada 18 orang ibu2 yang hadir pada acara yang diadakan Kamis ini [26/02]. Acara yang dipandu mba Wita dan mba...[sorry satu lagi lupa mba:-)] dari Sari Ayu Martha Tilaar. Ibu2 yang sudah cantik dari sono-nya itu kian tambah kinclong dengan kursus make-up. Langsung praktek, tek, tek...Langsung cantik, tik, tik...Alhasil para narsis mom ini tambah pede dengan daily make up tips dari pakarnya kecantikan. Sudah tambah pinter dandan masih dikasih bingkisan pula dari Sari Ayu...[Sorry ya, ibu-ibu yang kemarin nolak tawaran saya, jangan nyesel :-)]

Berarti, tinggal nunggu acara untuk bapak-bapaknya aja. Kebayang sih, acara macem apa: bisa main golf bareng atau turing or modif bareng (he3, kalo yang ini sih kami tau harus undang siapa...)

Eh, iya lupa. Ternyata tim narsis macam si Ika, Ucie ama Tantie ga mau ketinggalan juga ikut meramaikan acara ini. Ga, jelas motivasinya: antara mo cari godie bag gratis ato mo support acara ini. Ato...he3, jangan lagi pada krisis pede kali yak...Emak ama anak sama aja...Narsis! :-)

Rabu, 25 Februari 2009

Stema Exhibition @ WTC Serpong: 'DOING NOTHING' ACTION

Belum habis batuk-batuk dan masuk angin dari pameran di ITC awal bulan lalu, sekarang saya dan tim sudah mulai disibukan (lagi) dengan pameran di WTC Serpong. Untungnya (maaf, saya masih orang Jawa yang tetap 'untung' meski ditimpa nasib malang sekalipun), pameran kali ini cukup berlangsung 6 hari, dari senin hingga hari minggu nanti (24 Feb – 01 Mrt). Mo tau apa saja yang kami lakukan? 'DOING NOTHING' ACTION...


Masih ingat target '300' yang menjadi 'salib way' kami? Kami masih pikul itu. Memang bermunculan simpati dari beberapa rekan dari divisi lain, mulai dari sekadar menanyakan ,”sudah berapa closingnya pak?” sampai permintaan maaf lantaran tidak dapat mendatangkan lead. Terima kasih untuk care -nya. Tanpa bermaksud mengurangi kepedulian mereka (apalagi untuk mereka yang tidak peduli), itu belum merubah keadaan...So, inilah yang saya maksud dengan sense of crisis: ini bukan masalah jumlah, inilah masalah: lo tau lagi krisis and lo 'doing nothing action'...please deh, ah. Krisis gitu loh...nyadar ga sih? Halllooo....


Thanks untuk kepeduliannya, thanks untuk sindiran2nya dan bahkan thanks untuk keluhannya (mungkin gara2 kami, anda harus extra job). Toh, kami menyadari bahwa kami tetap harus fight untuk anda. Termasuk di pameran ini...


He3, sorry kalau melenceng dan sedikit curhat (ember!!!). Apa yang kami lakukan di pameran? Yap, 'DOING NOTHING ACTION'...Datang ke stand, duduk manizz plus bagi2 balon sama anak2. Tugas paling berat paling-paling hanya sebar brosur yang diselipkan di kaca mobil di parkiran (cape bo, parkiran berapa lantai, luas pula). LOH, GA KEJAR DATA BASE! KAN KATANYA DIKEJAR TARGET????


Makasih...ga deh...Why?

1. Kami jualan 'pendidikan' bukan jualan kratingdeng, bukan jualan mie instan dan bukan jualan kartu kredit. Ini bukan masalah jago membedakan antara 'need' dan 'want'. Bukan juga keahlian ngecap untuk 'menciptakan kebutuhan' orang akan Stella Maris. So, kalo emang ga butuh, kenapa juga kita tawar2in. Kalo memanag mau juga pasti mereka akan duduk maniz menghampiri kita dan bilang...”mo tanya tentang Stella Maris bisa pak?” Oh, bisa bu....(tambah semangat kalo ibunya juga maniz). Orang malah malez karena numpang lewat trus kita kejar-kejar...”pa, minta datanya. Bu, stella maris bu..” Emang sekolaan gw barang ketengan...

2. Ini soal image. Branding gitu loh...Ada beberapa sekolah dan lembaga pendidikan yang ikut pameran ini. Ada BPK, Budi Luhur, Enopi, Candle Tree de el el. Kebayang ga sih kalo Stella Maris kelihatan paling 'napsu' di pameran ngejar-ngejar ortu nyari data base? Kesannya apa tebak?....yup, kesannya kita kurang murid. Nah virus macem gini yang bahaya kalo ga hati2...Inget, branding bro...branding...Paling ga, stand kita keliatan OK di pameran. Ini investasi untuk awareness ama image building ortu murid. Bahaya kalo di bisnis kayak gini, brand activity dijadiin direct sales event...

3. Pengalaman membuktikan, calon OTM yang sukarela datang ke meja kita, jauh lebih prospektif ketimbang yang kita minta-minta data sekadar ngejar target lead. Goblok banget marketing yang masih pake cara ini. Please cek, pameran mana yang masih pake model 'kejar setoran' gini. Ada. Marketing yang pake sales tampang mba2 pabrik dengan rok mini atau mas2 yang dipakein dasi...Hasil yang didapet cuma: tulalit, wrong number, veronika atau syukur2 salah sambung.

4. Pameran itu, kalau tau taktiknya, bisa jadi silent fishing buat marketing. Kalo pasang bilbord itu ibarat 'tebar jala' (dapet ikan berapa ya), pameran ya 'mancing perorangan'. Nangkep ikan gede pake umpan kecil...Tinggal pinter2nya kita 'mengkondisikan' calon OTM aja. Ya itung2 'mancing' sambil 'liat pemandangan' dah...:-)


Jadi kesimpulannya apa? Enak khan jadi Admission di Stella Maris BSD? Enak. Kerjanya 'doing nothing' action di pameran. Yang dibutuhin cuma: pulang lebih malem karena jaga pameran, extra tenaga untuk angkut2 dan beres2 barang, extra betis pegel, senyum garing kalo dicueikin customer, banyak minum tolak angin, sabar jelasin ke anak-istri, sama banyak2 makan ati (minumnya teh botol sosro) karena masih dianggap kerjanya nyante sama makan-makan doank. Enak kan? Khan, Doing Nothing Action...CAIO!

Rabu, 18 Februari 2009

FREDY: Si “KERAS HATI” dengan EXCELLENT SERVICE”…

Awal saya mengenal si bapak yang satu ini: sombong. Belagu. And thanks God, bukan hanya saya juga yang berkomentar demikian. Salah seorang top level management yang baru bergabung memiliki kesan yang sama. “Siapa sih tuh orang, disenyumin diem aja…,” mungkin lebih kurang demikian umpatnya.


But, don’t judge book by the cover. Setelah cukup lama berkenalan dengan ‘Papanya Tian’ ini, harus saya akui ada banyak hal yang saya masih perlu belajar padanya. Pertama, struggle of life-nya yang tinggi. Ibarat kata, ‘jiwa dagang’ sudah melekat, kat, kat, padanya [hape berapa koh…:-) ]. Spirit yang jarang dimiliki oleh ‘wong jowo’ macam saya yang lebih senang ‘nrimo kulino’. Jadi, kalau urusan ‘lapangan’ mau-tidak mau tim kami menyerahkan sepenuhnya kepadanya. Mo cari koneksi atau ‘lobang’ apapun sanggup dicari olehnya. “Cuma ‘lobang’ biji plastic aja yang gw lom nemu,” katanya…


Yang lain, sifat keras hati [dan mungkin juga keras kepalanya]. Bapak yang satu ini, kalo sudah punya niat, jalannya lempeng bukan main. Bukan satu kali dia berani konflik dengan pimpinan di tempat lamanya lantaran prinsip yang sudah diyakininya. Kalau sudah niat, biar hujan badai, bolak-balik, ayuh…Bandingkan dengan saya, yang lebih memilih cincai ketimbang harus stress. Namun, dibalik keras hatinya, bapak yang satu ini betul-betul ‘family man’ yang nomero uno. Mau bukti? Silahkan tanya berapa absen atau keterlambatannya gara-gara mengantar anak imunisasi ke dokter….:-)


At least, sebagai orang baru di dunia sales, urusan service saya juga masih harus belajar darinya. Service bagi saya masih ada di kepala dan hati. Tapi buat bapak yang hobi bawain kami gemblong ini sudah seperti refleks. Set..set..set… OTM ngobrol bentar kasih minum, butuh fotocopy di fotocopi’in, malah kalo calon OTM cari atm untuk bayar DP USG, dengan senang hati dia antar. Reflek ‘service excellent’ ini terbawa juga dalam tim. Dia tidak perlu berpikir dua kali untuk membantu rekan setimnya. Bahkan, seringkali sebelum diminta pun seringkali sudah menawarkan bantuan. Bagi yang tidak tau, mungkin akan berpikir ada ‘cuan’ di balik batu…Padahal ‘sabetan’nya memang betul-betul disabet alias cape babak belur…


Bisa jadi tim kami tetap berjalan tanpa seorang Fredy. Namun pasti tetap akan terasa berbeda. Tetap terasa ada yang kurang tanpa keras kepalanya, tanpa ringan tangannya, dan tanpa gemblongnya. Dan yang pasti ‘saat teduh’ kami terasa kurang tanpa iringan gitarnya yang mampu meruntuhkan ‘tembok Yerikho”…Selamat Ulang Tahun Pa Fredy (19/2/09), Tuhan Memberkati…

Selasa, 17 Februari 2009

300: blessing impossible mission

Entah sebuah kebetulan atau bukan, angka keramat '300' yang tengah saya hadapi saat ini hampir mirip dengan film '300' yang rekan sekalian mungkin pernah tonton. Bedanya, jika dalam film tersebut angka 300 merupakan jumlah pasukan Spartan harus menghadapi 10.000 penguasa dari Timur yang anarki, maka saya justru harus menghadapi angka '300' sebagai target marketing yang harus saya capai.

Persamaannya? Keduanya adalah 'mission impossible' bagi saya...

Dalam film '300' tersebut, raja Leonidas dari Spartan harus berhadapan dengan penguasa lalim dari Persia yang memimpin lebih dari 10.000 pasukan (mulai dari pasukan guajah hingga pasukan yang uaneh-uaneh bin ajaib). Meniru istilah srimulat: 'hil yang mustahal...'

Mungkin saya bukan ahli kalkulasi dan pakar prediksi yang mampu menampilkan angka '300' sebagai angka rasional perolehan target. Target existing saat ini adalah 224. Itu berarti saya dan rekan tim lain harus mencapai sisa 76 dalam waktu kurang dari 12 hari terhitung dari hari ini. Kalkulasi dan prediksi orang pintar begini: jika mengerahkan seluruh staff yang berjumlah 300 orang dan masing2 membawa 2 lead saja, maka akan diperoleh setidaknya 600 lead untuk diclosing. Thanks God for MLM system :-( Angka tersebut menjadi fantastis jika ditambah dengan melibatkan siswa dan juga mengadakan exhibition, menyebar flyer atau brand activition lain. Jika dengan lead 1600, maka closing 76 (itu berarti 8 orang perhari) itu perkara mudah...

Namun nyatanya bisnis pendidikan bukan perkara menjual kecap atau chiki. Pak Guru saya berujar, ada banyak variable yang turut menentukan di sana: mutu pendidikan, kualitas guru, fasilitas, good service, sistem yang konsisten serta masih banyak lagi. Dan repotnya, variable2 tersebut di luar kekuasaan kami. Ibarat bajaj, 'hanya sopir bajaj dan Tuhan saja yang tahu ke mana bajaj berbelok' :-) Jika membandingkan real gross tahun lalu ditambah dengan untouchable variable plus equivalen krismon saat ini, ya, angka 300 alias 6 orang closing per hari adalah mission impossible bagi saya...

Namun, meski tahu pasukannya akan kalah (dan bahkan mati), toh King Leonidas tetap maju perang. Keyakinannya cuma satu: kematiannya akan memberi makna bagi bangsanya, Yunani. Setidaknya untuk anak-istrinya. Dan meski tidak sehebat King Leonidas, kami pun memutuskan untuk 'berangkat perang' dan menghadapi 'angka 300' kami...

Kami berangkat perang bukan sebagai marketer yang takut pada 'target yang tidak tercapai'. Atau pegawai yang takut di PHK lantaran tidak menjalankan tugas atasan. Sejak awal kami menyadari bahwa kami adalah 'orang pilihan' yang telah 'diatur Tuhan' untuk berkumpul sebagai 'satu tim' (BUKAN KEBETULAN). "Penasehat spritual" kami juga pernah memberi wejangan: seperti Musa dan Yosua, dibelakang kami ada banyak orang yang menjadi tanggungjawab kami: mulai dari murid, guru, orangtua murid, staff hingga ke OB (dan jumlahnya kian berlipat jika dikalikan dengan keluarga mereka di rumah). Kami sadar bahwa KAMI ADALAH ORANG PILIHAN-NYA dan kami ingin memberi berkat bagi mereka dan bagi keluarga kami, lewat "Salib Way" (bukan hanya Honda Way atau Toyota Way) yang kini kami pikul.

Kami tidak tahu apakah nantinya kami akan menang perang atau malahan tewas dalam pertempuran. Tapi kami punya keyakinan: TUHAN ADA DIBELAKANG KAMI. Berapapun 'angka' yang akan Tuhan berikan, Tuhan tahu itu kami peroleh dari: keringat kami, kecape'an kami, masuk angin kami, pulang malam kami, sakit maag kami atau dari pertengkaran dengan suami/istri kami lantaran mengorbankan waktu keluarga kami...Dan, kami tidak akan menyesal, berapapun hasil pertempuran kami. Rambo bilang: die for something better than life for nothing...(Jaka sembung bawa golok...) :-)